bogorplus.id – Sebagai ungkapan syukur, ribuan penduduk Lembur Sawah, Kecamatan Bogor Selatan, mengarak dongdang berisi hasil pertanian.
Sebanyak belasan dongdang ini dikawal menuju situs Singa Manggala untuk kemudian dibawa ke tengah desa dan didoakan Bersama, Minggu (29/6/2025).
Pemberian pare gede yang diangkut dengan dua tandu yang menggunakan empat selongsong bambu menjadi lambang menyerahkan hasil bumi dari masyarakat kepada pemerintah, yang kemudian disalurkan kembali ke masyarakat.
Acara ini merupakan bagian dari tradisi budaya warga Lembur Sawah dalam merayakan Sidekah Bumi atau Seren Taun yang melibatkan partisipasi seluruh warga.
Ketua Panitia, Ahmad Jaelani, yang juga merupakan keturunan generasi keempat dari tokoh masyarakat Uyut Enan, menjelaskan bahwa Sidekah Bumi ini telah dilaksanakan sejak abad ke-17 atau sekitar tahun 1601 Masehi.
Seren Tahun atau Sidekah Bumi diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan tanah subur dengan panen yang berlimpah, dilakukan melalui doa dan makan bersama.
“Tidak ada yang berubah sejak dulu. Warga bersama-sama membawa hasil bumi serta makanan olahan hasil bumi dan barang hasil produksi. Pada tahun ini ada 19 dongdang yang berasal dari seluruh RT/RW di satu Kelurahan Mulyaharja, sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa,” ujarnya.
Dulu, acara ini hanya diadakan dan dihadiri oleh penduduk setempat, namun dalam empat tahun terakhir, Sidekah Bumi telah menarik perhatian masyarakat luas, yang diiringi dengan pertunjukan seni tradisional, wayang, aksi pesilat, serta tarian-tarian tradisional.
Selain itu, dalam acara Sidekah Bumi, masyarakat yang hadir dapat menikmati hasil bumi secara gratis dari dongdang, maupun mencicipi makanan tradisional dan kudapan dalam festival jajanan lembur.
Menariknya, pada festival jajanan lembur ini, masyarakat akan merasakan pengalaman seakan-akan berada di masa lalu dengan bertransaksi menggunakan koin yang terbuat dari batok kelapa, ditukar dengan uang Rp10 ribu untuk empat koin.
“Dengan kemasan ini animo masyarakat yang hadir pun terus meningkat setiap tahunya dan ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya dengan memperkenalkan kepada masyarakat luas serta bisa meningkatkan potensi ekonomi,” tambahnya.
Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menyampaikan bahwa pelaksanaan ini juga merupakan bagian dari rangkaian penutupan Hari Jadi Bogor ke-543.
“Sidekah Bumi ini bagian dari tradisi masyarakat di Bogor yang luar biasa dan harus kita lestarikan. Sehingga warga Lembur Sawah harus bisa terus menjaga kelestarian alam lingkungan juga kebersihan. Jangan buang sampah sembarangan. Bukan hanya kegiatan rutin setiap tahun, tapi nilai ini harus diwujudkan dalam sikap perilaku keseharian,” ungkap Dedie Rachim.
Dari segi potensi pertanian, Kelurahan Mulyaharja dikenal sebagai “Surga yang Tersisa” di Kota Bogor, karena memiliki kekayaan alam dan pertanian yang masih ada di area perkotaan.
“Hasil buminya luar biasa, ada pisang, talas, umbi-umbian, jahe, lengkuas, hasil ladang perkebunan, dan padi serta banyak lagi hasil bumi lainnya,” katanya.
Dedie Rachim berharap, ke depan daerah ini dapat menjadi kampung budaya seperti Lembur Pakuan, sehingga kelestarian lingkungan dan tradisi budayanya bisa terus terjaga.