bogorplus.id- Penurunan okupansi hotel di Kota Bogor menjadi alarm serius bagi sektor perhotelan dan ekonomi lokal.
Dampak nyata dari berkurangnya kegiatan kementerian, lembaga, dan dinas instansi di berbagai wilayah Indonesia.
hal itu juga termasuk di Kota Bogor, yang telah memaksa dua hotel di kota hujan ini untuk menutup operasionalnya.
Risiko bertambahnya jumlah hotel yang terdampak menjadi ancaman yang nyata dan perlu ditindaklanjuti.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menanggapi situasi ini dengan langkah strategis yang berfokus pada pengurangan ketergantungan terhadap aktivitas kementerian dan lembaga.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sedang mengembangkan sektor pariwisata sebagai alternatif penggerak ekonomi yang lebih mandiri.
Sebagai upaya konkret, Pemkot Bogor akan menggelar program “Bogor Hotel Great Sale,” yang mengintegrasikan paket menginap hotel dengan tiket objek wisata, seperti Kebun Raya Bogor, museum, dan destinasi menarik lainnya.
Program ini bertujuan untuk menarik minat wisatawan sekaligus memulihkan denyut perekonomian lokal.
Dedie juga mengusulkan untuk menghidupkan kembali program “Istana Open,” demi memperkuat daya tarik wisatawan.
Selain menciptakan destinasi wisata baru, Dedie A. Rachim menyampaikan bahwa Pemkot Bogor akan memberikan kemudahan perizinan kepada para investor, serta memanfaatkan aset daerah yang belum tergarap secara optimal.
“Langkah ini merupakan bagian dari komitmen jangka menengah untuk memperkuat sektor pariwisata sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi Kota Bogor,”pungkasnya.
Dengan pendekatan terstruktur, inovatif, dan fokus pada pariwisata, Kota Bogor diharapkan mampu kembali bergeliat dan menjadikan sektor tersebut sebagai penggerak utama ekonomi lokal.