bogorplus.id – Musisi Fiersa Besari tergabung dalam rombongan pendaki yang mengalami musibah saat mendaki ke Puncak Cartenz Pyramid di Papua.
Dalam pendakian tersebut, dua pendaki Wanita, Lilie Wijayanto Poegiono dan Elsa Laksono telah meninggal dunia akibat hipotermia.
Fiersa Besari diketahui sedang menjalankan ekspedisi Jalur Sunyi bersama tim Atap Negeri dan merekam perjalanan mereka dalam sebuah video yang diunggah ke YouTube.
Rombongan ini terdiri dari 10 pendaki, yang terdiri dari 7 warga negara Indonesia (WNI) dan tiga warga negara asing (WNA) dari Rusia dan Turki. Rombongan ini juga dilengkapi dengan 5 orang pemandu.
Andreas Harsono selaku teman SMA Lilie dan Elsa dari Malang, Jawa Timur mengkonfirmasi bahwa keduanya ikut serta dalam kelompok tersebut.
Informasi mengenai keberadaan Fiersa Besari dalam rombongan didapat dari daftar pendaki yang dimiliki oleh SAR Timika, Mimika, Papua Tengah.
Kepala Kantor SAR Timika, I Wayan Suyatna mengungkapkan bahwa mereka menerima laporan mengenai kondisi berbahaya bagi pendaki pada pukul 00.46 WIT, Minggu (2/3/2025), dimana beberapa pendaki mengalami hipotermia.
Suyatna menambahkan bahwa Fiersa dan pendaki lainya dalam keadaan baik, dengan 2 korban telah meninggal dunia dan 13 lainnya selamat.
Menurut Suyatna, insiden terjadi saat para pendaki melakukan penyeberangan di jembatan tyrollean pada pukul 10.51 WIT, Sabtu (1/3/2025).
Diperkirakan mereka tiba di puncak sekitar 14.00, meskipun belum ada konfirmasi yang tepat mengenai waktu tersebut.
Pada pukul 19.10, mereka melaporkan bahwa baterai HT mulai lemah dan komunikasi menjadi sulit.
Pada 19.30, informasi yang diterima menyebutkan bahwa semua pendaki telah mencapai puncak, kecuali 2 orang Bernama Indira dan Saroni yang mengalami gejala AMS di area bawah puncak.
Setelah itum tim Base Camp (BC) melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan pada pukul 20.29 WIT. Salah satu pendaki, Nurhuda tiba di BC dalam keadaan hipotermia dan meminta bantuan karena radio merek mati.
Melihat keadaan tersebut, Yustinus Sondegau segera naik ke atas pada pukul 21.48 WIT untuk memberikan bantuan darurat seperti sleeping bag, flysheet, dan air panas.
Seorang pemandu internasional Bernama Dawa Gyalje Sherpa juga berangkat untuk memberikan pertolongan pada pukul 22.33 WIT.
Pada pukul 22.48, Fiersa dan Furky tiba di BC, sedangkan pada pukul 00.07, Poxy menginformasi bahwa Dawa telah menemukan dan membantu salah satu dari pendaki wanita.
Saat perjalanan turun Ruslan tiba di Teras Besar, tim tamu dan guide berada sebebelum tyrollean,” kata Suyatna.
Kemudian, tim Base Camp (BC) melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan pada pukul 20.29 WIT.
Pendaki bernama Nurhuda tiba di BC seorang dori dengan gejala hipothermia. Nurhuda meminta bantuan ke tim BC karena radio off.
Mendapat laporan itu, Yustinus Sondegau naik ke atas untuk membawa bantuan emergency seperti sleeping bag, flysheet, air panas, radio pada pukul 21.48 WIT.
Seorang guide internasional atas nama Dawa Gyalje Sherpa naik untuk melakukan pertolongan pukul 22.33 WIT.
Namun, situasi semakin kritis Ketika Octries melaporkan bahwa Indira belum bisa bergerak, dan Egi juga tak mampu berjalan pada pukul 00.13 WIT.
Arlen Kolinug tiba di BC pada pukul 00.25 WIT, dan Dawa berusaha menolong 2 pendaki Wanita tersebut di Teras Dua pada pukul 00.41 WIT.
Di sisi lain, Poxy dan Damar berangkat menuju Teras Dua dengan membawa tenda dan perbekalan lainnya pada pukul 00.43 WIT.
Sayangnya, Octries memberikan kabar buruk kepada Deshir bahwa kedua pendaki Wanita tersebut telah meninggal dunia pada pukul 02.07 WIT.
Setelah mendengar laporan tersebut, Huda segera berangkat untuk membantu Egi di Summit Ridge. Pada pukul 03.43, Damar, Poxy, Yustinus, dan Ludy Hadiyanto tiba di BC.
Huda kemudian menelepon pada pukul 04.51 untuk mengabarkan bahwa ia sudah sampai di BC dan tidak mampu lagi melanjutkan menuju posisi Egi, Indira, dan Saroni. Ia juga menyampaikan bahwa pembekalan darurat telah disimpan di bawah summit ridge.