bogorplus.id – Puncak Jaya, yang dikenal juga dengan nama Piramida Carstensz menjadi lokasi perpisahan bagi dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, yang meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari puncak, setelah berhasil mencapai puncaknya pada 28 Februari 2025.
Mereka dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia atau acute mountain sickness (AMS), kondisi yang sering menjadi ancaman bagi para pendaki di ketinggian ekstrem.
Di balik musibah ini, terdapat fakta penting mengenai Puncak Carstensz yang patut dicermati, yaitu penurunan lapisan salju abadi yang terjadi setiap tahunnya.
Puncak Jaya terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua, merupakan satu-satunya lokasi di Indonesia yang memiliki salju. dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Carstensz termasuk salah satu dari tujuh gunung tertinggi di dunia yang dikenal dengan sebutan 7 Summit
Suhu di puncak dapat mencapai 0 derajat Celsius, cukup untuk menciptakan fenomena salju, bahkan salju abadi, meskipun berada di negara dengan iklim tropis.
Keberadaan salju abadi ini menarik perhatian peneliti dan pendaki yang ingin merasakan pengalaman mendaki di salah satu puncak gunung tertinggi di dunia.
Namun, perubahan iklim global yang semakin menghangat menyebabkan gletser tropis terakhir di Asia, yang berada di sekitar Puncak Jaya, kian menyusut menuju kepunahan.
Dulu, area es di puncak tertinggi Indonesia ini mencakup sekita 200 kilometer persegi, namun menurut penghitungan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2022, kini tersisa hanya sekitar 2 kilometer persegi.
Time-lapse dari Gunung Jayawijaya yang disajikan oleh Google Earth Engine menunjukkan Terlihat penyusutan area gletser yang sangat signifikan dalam kurun waktu 1984 hingga 2020.
Dari visual yang tersedia, terlihat bahwa area bersalju semakin berkurang secara drastis.
Ironisnya, di tengah penyusutan gletser akibat pemanasan global, aktivitas penambangan masif di sebelah barat laut Carstensz menyebabkan kaki gunung Jaya Wijaya mengalami kerusakan yang parah.
Laporan dari PBB yang disiarkan oleh BBC mengenai dampak pemanasan global terhadap gletser Carstensz menyampaikan prediksi yang mengkhawatirkan, di mana situs warisan dunia ini diprediksi akan mencair dalam kurun waktu tiga dekade mendatang.
Selain Carstensz yang berada di Taman Nasional Lorentz Papua, fenomena ini juga terjadi di berbagai wilayah lainnya di dunia.
Gletser merupakan indikator penting perubahan iklim yang berharga, karena penyusutannya dapat teramati secara langsung.
Ada harapan bahwa dua pertiga sisa gletser di situs Warisan Dunia PBB masih bisa diselamatkan dengan syarat dunia bisa membatasi pemanasan global hingga 1,5 C.
Namun, laporan PBB terbaru menunjukkan bahwa saat ini tidak ada jalur yang kredibel untuk mencapai tujuan tersebut.